“Saya sangat sedih melihat kejadian di Kota Medan yang merenggut korban jiwa, banyak warga mengungsi, dan rumah mereka terendam tanpa sempat menyelamatkan perabotan maupun kendaraan,” ujar Antonius D Tumanggor, Rabu (3/12/2025).
Antonius menyebutkan, derasnya arus dan lambatnya bantuan evakuasi membuat banyak warga nekat menerobos banjir demi menyelamatkan diri. "Ada warga yang hanyut, bahkan dikabarkan masuk ke gorong-gorong. Keterlambatan bantuan sangat berbahaya,” tegasnya.
Antonius mendorong Pemko Medan untuk menambah tenaga honorer pada Dinas Pemadam Kebakaran serta BPBD Kota Medan agar respons terhadap bencana lebih cepat.
Menurutnya, saat peristiwa banjir terjadi, banyak warga menghubunginya meminta bantuan perahu karet, makanan, hingga obat-obatan, namun upaya bantuan terhambat karena akses jalan sudah dikepung banjir.
Antonius mengatakan, banjir yang melanda wilayah Medan Barat, Medan Helvetia, Medan Baru, dan sebagian Medan Petisah dalam Dapil 1 menjadi bukti bahwa pemerintah harus bergerak lebih serius. Dua kecamatan yang dinilai paling rawan adalah Medan Barat dan Medan Helvetia.
Antonius juga mengingatkan bahwa Kecamatan Medan Barat merupakan titik nol Kota Medan, sehingga secara geografis harus mendapatkan perhatian lebih dalam mitigasi banjir.
Sebagai langkah konkret, Antonius mengusulkan agar Pemko Medan dapat mendata daerah rawan banjir dan menyediakan dua perahu karet di setiap kelurahan agar ketika banjir proses evakuasi dapat dilakukan lebih cepat dan mengurangi jatuhnya korban.
“Banjir kemarin adalah peringatan keras. Ini tidak boleh dianggap sepele. Pemerintah harus siap dengan segala perlengkapannya ketika banjir terjadi,” tegasnya. (Jb).


Print Halaman Ini
0 Komentar